Cara
Praktis Menulis Buku Non Fiksi
Dibanding dengan fiksi, buku non
fiksi cenderung lebih mudah dibuat. Mudah dalam artian, tak perlu terlalu
banyak memeras otak, juga tak perlu kemampuan bermain kata-kata tingkat
tinggi. Bahkan, membuat buku non fiksi itu tergolong praktis, sekalipun cukup
menyita waktu.
Berikut langkah praktis untuk
membuat buku non fiksi.
1. Langkah pertama, baca
buku terlaris/terbaru yang terkait tema
Setelah memilih tema,
langkah pertama sebaiknya dilakukan adalah membaca buku terbaru terkait
tema yang dipilih. Dengan membaca buku terbaru, kita
akan mendapatkan gambaran umum pendekatan apa yang akan dibuat, bagian yang
perlu diberi penekanan, hal-hal yang sudah dibahas, bagian mana yang belum
disentuh, dll. Selain buku terbaru, kita juga membaca buku terlaris yang
terkait dengan tema yang dipilih. Tulis pokok-pokok pikiran penting yang
ditemui dalam buku yang dibaca.
2. Baca tulisan di blog/website terkait tema
Membaca posting blog yang khusus
membahas topik yang Anda pilih. Selain Tanah Air, tentu tak ada salahnya jika
kita juga membaca tulisan yang dibuat blogger/website luar negeri. Sambil
membaca, tulis pokok-pokok pikiran atau hal-hal penting yang dibaca ke dalam
lembar catatan.
3. Kompilasi catatan
Gabungkan catatan yang dibuat
saat membaca buku dan yang didapat dari blog/website. Cari gambar/foto yang
bisa mendukung. Foto atau gambar bisa ilustrasi, bisa juga screenshot atau
screen capture situs atau web.
4. Buat daftar pertanyaan
Langkah selanjutnya adalah
membuat daftar pertanyaan, dengan mengacu ke pokok pikiran yang diambil dari
hasil membaca buku dan blog yang telah dikompilasi. Tuliskan 30 hingga 40 pertanyaan yang terkait.
5. Buat pertanyaan untuk
masing-masing pertanyaan
Pada masing-masing pertanyaan yang kita pilih, kita buat pertanyaan yang
terkait. Pertanyaan ini yang nantinya menjadi sub bab pada bab.
6. Menulis secepat mungkin
Karena yang ditulis baru draft,
yang dibutuhkan adalah kecepatan. Jangan merisaukan tata bahasa, salah ketik.
Menulislah dulu.
Materi yang ditulis adalah hasil
pengolahan dari bahan yang didapatkan dari buku dan tulisan di blog yang
sebelumnya dibaca. Editing tahap awal biasanya dilakukan setelah satu bab
selesai. Setelah selesai mengedit, saya lanjutkan lagi untuk membuat bab
selanjutnya.
7. Editing itu perlu
Setelah naskahnya selesai, saya kembali melakukan editing. Setiap halaman
diperiksa dengan seksama. Selain konteks, saya juga mengedit kesalahan eja
atau pengetikan.
Jika buku non fiksi yang materinya diambil dari pengalaman, pendekatan yang
diambil mungkin sedikit berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.