Powered By Blogger

Minggu, 14 Januari 2018

di Kampus Universitas Adi Buana Surabaya 4000 Siswa Bersaing di Olimpiade Nasional VII



Surabaya- Emerald Education Center menggelar Olimpiade Nasional ke-7, di Gelora Hasta Brata Universitas Adi Buana Surabaya.  4.000 peserta yang merupakan siswa dengan level 1-6 Sekolah Dasar hingga level 7-9 Sekolah Menengah Pertama. Mereka mengikuti tiga lomba di antaranya Matematika, Sains, dan Bahasa Inggris.

Para peserta lomba olimpiade nasional berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, Di antaranya dari Trenggalek, Madiun, Kediri, Sidoarjo, Mojokerto, Surabaya, dan lain-lain.  Lomba ini melibatkan  kepanitiaan dari Universitas Adi Buana Surabaya dan UINSA.

Menurut Acha Bagus Hendi panitia dari UINSA mengatakan, lomba ini sangat tepat di lakukan di Universitas Adi Buana Surabaya karena di sini fasilitasnya memadai mulai dari gedung, parkir, dan kamar mandi. Selain itu, kampus Adi Buana letaknya sangat strategis berada di pintu masuk ke Kota Surabaya.

Lirana Imute Syahdumawarta salah satu peserta olimpiade matematika dari  SMPN 1 Durenan Trenggalek mengatakan, lomba ini untuk mengukur kemampuan dan ketelitian. Ia mengatakan senang bisa bersaing sampai di tingkat Jatim.  Sementara Cessarina Athira peserta dari SD Minu Pucang yang sudah empat kali mengikuti olimpiade dengan santai mengatakan bahwa dirinya suka mengikuti lomba yang mengasah kemampuan seperti olimpiade.

Senin, 08 Januari 2018

DOSEN UNIVERSITAS ADI BUANA SURABAYA TELITI PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DAN ANAK-ANAK


Surabaya- Banyaknya kasus perilaku menyimpang di kalangan anak-anak dan remaja yang terjadi di sekolah, seperti perilaku mem-bully, perkelahian, dan tawuran yang dilakukan remaja bahkan peserta didik usia sekolah dasar yang mengakibatkan kematian mendorong Rarasaning Satianingsih dosen Universitas Adi Buana (Unipa) Surabaya mengangkat kasus ini dalam penelitian disertasinya.
Menurut Rarasaning pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, seharusnya bukan hanya mengenalkan nilai-nilai moral yang bersifat transmisi/pewarisan nilai kepada peserta didik tetapi juga harus  mengajarkan bagaimana penalaran  moral atau kognitif moral tentang mengapa nilai-nilai moral tersebut harus diterima dan diikuti,  sehingga terbentuk nilai-nilai moral otonomi (berdasarkan kesadaran sendiri).  Dengan demikian, penalaran moral atau kognitif moral sebagai excekutif control  yang mampu mengembangkan karakter baik dan kuat pada peserta didik.
Penelitiannya yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Dalam Tematik Terpadu Untuk Mengembangkan Kognitif Moral Peserta Didik Di Sekolah Dasar, Rarasaning berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan predikat sangat memuaskan.  Rarasaning patut berbangga karena dia termasuk doktor dibidang Pendidikan Dasar  pertama di Jawa Timur. Penelitian yang di lakukan merupakan Penelitian Pengembangan  (research and development).
Dalam penelitiannya Rara ini menggunakan teori Perkembangan Kognitif Moral (Piaget dan Kohlberg) untuk meneliti kasus perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja dan anak-anak. Rarasaning melakukan penelitian ini selama 3 tahun mulai tahun 2015 s.d. 2017.  Doktor muda ini mengatakan, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral (PBKM) dalam tematik terpadu untuk mengembangkan kognitif moral peserta didik di sekolah dasar. Penelitian pengembangan (R&D) yang dilakukannya melalui empat tahap pengembangan, yakni studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan model, validasi, ujicoba dan revisi, dan hasil pengembangan produk.
Menurutnya, uji implementasi model PBKM dalam tematik terpadu yang dikembangkan dilakukan pada skala terbatas dan skala lebih luas dengan menggunakan experiment designs dengan Pre-test post-test control desain. Populasi penelitianya adalah peserta didik kelas V SD dari 5 sekolah dasar di Mojokerto, Sidoarjo dan Surabaya. Pihaknya pun menegaskan bahwa keadaan perkembangan kognitif moral peserta didik sebelum dan sesudah aktivitas dalam model PBKM dalam tematik terpadu diukur dengan tes kognitif moral yang dikembangkan oleh Kohlberg dengan modifikasi.
Menurut Rara dari hasil implementasi model PBKM dalam kegiatan pembelajaran diperoleh data bahwa model PBKM efektif dalam mengembangkan perkembangan kognitif moral peserta didik. Selain itu, model PBKM juga meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memikirkan dan merefleksikan nilai-nilai moral dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, serta membantu peserta didik untuk memiliki kesadaran moral tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang pantas dan yang tidak pantas.

CARA MUDAH MASUK PERGURUAN TINGGI