Powered By Blogger

Kamis, 14 Februari 2013


50 Persen Mahasiswa Merasa Salah Jurusan

JAKARTA (Suara Karya): Lebih dari 50 persen mahasiswa mengaku merasa salah dalam memilih jurusan, sehingga proses belajar-mengajar selama kuliah berlangsung tidak optimal. Kalaupun lulus kuliah, bidang pekerjaan yang digeluti tidak sama dengan bidang ilmu yang dipelajari selama kuliah.   "Akibatnya, bukan hanya rugi waktu, tetapi juga tenaga. Coba sejak awal tahu minat dan bakat serta memilih program studi yang tepat, begitu lulus langsung dapat pekerjaan idaman," kata Ina Liem, praktisi pendidikan, saat peluncuran bukunya berjudul Tujuh Jurusan Bergaji Besar di Jakarta, Kamis (14/2).
Buku tersebut merupakan hasil penelitiannya selama 6 tahun masa kerjanya sebagai perwakilan Universitas La Trobe, Australia, di Indonesia. Berbagai data dihimpun saat berpromosi perguruan tinggi yang diwakilinya ke seluruh Indonesia. Pengalamannya itu dituangkan dalam buku agar tidak ada lagi anak Indonesia "tersesat" dengan memilih program studi yang salah.
"Banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur karena memilih program studi yang salah. Selain harus mengikuti minat dan bakat, ketahui dengan benar program studi mana saja yang banyak dicari orang. Sehingga orang berani bayar mahal," tuturnya.
Ia mencontohkan, jurusan matematika. Selama ini lulusan matematika kebanyakan berakhir sebagai guru atau guru privat. Padahal mereka yang jago matematika paling banyak dicari perusahaan, terutama pekerjaan yang membutuhkan perhitungan rumit seperti menghitung premi asuransi, pembangunan gedung, hingga produksi.
"Apalagi saat ini bermunculan profesi baru yang pada awal tahun 90-an kurang dikenal seperti game programmer, financial planner, aktuaris, social media strategis hingga syariah banker. Penting bagi lulusan sekolah menengah atas untuk tahu profesi apa yang 3 tahun kedepan hits dan tenaganya sangat dibutuhkan," ujar Ina Liem.
Melalui buku tersebut, Ina menambahkan, pihaknya ingin calon mahasiswa mempunyai pandangan lain tentang jurusan dan profesi yang bisa diraih. Sehingga keputusan memilih jurusan bukan sekadar informasi dari orangtua yang umumnya sudah ketinggalan zaman atau informasi dari teman yang kadang tidak teruji kebenarannya.
"Biasanya siswa ikut tes minat dan bakat sebelum lulus sekolah. Hasil tes itu bisa digunakan sebagai batu pijakan untuk memilih jurusan, namun harus dilengkapi dengan keahlian lain sehingga menghasilkan profesi yang mendatangkan banyak uang," kata Ina Liem.
Ia mencontohkan, jurusan disain. Selain kuliah desain, calon mahasiswa bisa menambah keahlian pada bidang fotografi, misalkan. Begitu lulus tercipta profesi baru yang mengkombinasikan desain dan fotografi. (Tri Wahyuni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.