50 Persen
Mahasiswa Merasa Salah Jurusan
JAKARTA (Suara Karya): Lebih dari 50 persen mahasiswa mengaku merasa salah
dalam memilih jurusan, sehingga proses belajar-mengajar selama kuliah
berlangsung tidak optimal. Kalaupun lulus kuliah, bidang pekerjaan yang
digeluti tidak sama dengan bidang ilmu yang dipelajari selama kuliah. "Akibatnya, bukan hanya rugi waktu,
tetapi juga tenaga. Coba sejak awal tahu minat dan bakat serta memilih program
studi yang tepat, begitu lulus langsung dapat pekerjaan idaman," kata Ina
Liem, praktisi pendidikan, saat peluncuran bukunya berjudul Tujuh Jurusan
Bergaji Besar di Jakarta, Kamis (14/2).
Buku tersebut merupakan hasil penelitiannya selama 6 tahun masa kerjanya
sebagai perwakilan Universitas La Trobe, Australia, di Indonesia. Berbagai data
dihimpun saat berpromosi perguruan tinggi yang diwakilinya ke seluruh
Indonesia. Pengalamannya itu dituangkan dalam buku agar tidak ada lagi
anak Indonesia
"tersesat" dengan memilih program studi yang salah.
"Banyak lulusan perguruan tinggi
yang menganggur karena memilih program studi yang salah. Selain harus mengikuti
minat dan bakat, ketahui dengan benar program studi mana saja yang banyak
dicari orang. Sehingga orang berani bayar mahal," tuturnya.
Ia mencontohkan, jurusan
matematika. Selama ini lulusan matematika kebanyakan berakhir sebagai guru atau
guru privat. Padahal mereka yang jago matematika paling banyak dicari
perusahaan, terutama pekerjaan yang membutuhkan perhitungan rumit seperti
menghitung premi asuransi, pembangunan gedung, hingga produksi.
"Apalagi saat ini
bermunculan profesi baru yang pada awal tahun 90-an kurang dikenal seperti game
programmer, financial planner, aktuaris, social media strategis hingga syariah
banker. Penting bagi lulusan sekolah menengah atas untuk tahu profesi apa yang
3 tahun kedepan hits dan tenaganya sangat dibutuhkan," ujar Ina Liem.
Melalui buku tersebut, Ina
menambahkan, pihaknya ingin calon mahasiswa mempunyai pandangan lain tentang
jurusan dan profesi yang bisa diraih. Sehingga keputusan memilih jurusan bukan
sekadar informasi dari orangtua yang umumnya sudah ketinggalan zaman atau
informasi dari teman yang kadang tidak teruji kebenarannya.
"Biasanya siswa ikut tes minat dan bakat sebelum lulus sekolah. Hasil
tes itu bisa digunakan sebagai batu pijakan untuk memilih jurusan, namun harus
dilengkapi dengan keahlian lain sehingga menghasilkan profesi yang mendatangkan
banyak uang," kata Ina Liem.
Ia mencontohkan, jurusan disain. Selain kuliah desain, calon mahasiswa bisa
menambah keahlian pada bidang fotografi, misalkan. Begitu lulus tercipta
profesi baru yang mengkombinasikan desain dan fotografi. (Tri Wahyuni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.