PGRI
Ingatkan Pemerintah Soal Kekurangan Guru
Ketua PGRI, Sulistyo prihatin dengan kondisi pendidikan saat ini, terutama
mengenai kekurangan guru sekolah dasar (SD). Menurut Sulistyo saat Rapat Kerja
Nasional PGRI di Mataram, NTB beberapa waktu lalu. Tapi sayang pemerintah tidak
pernah mengakui ada kekurangan guru SD tersebut. "Dalam Rakernas di
Mataram kembali kita bahas kekurangan guru SD. Tapi kementerian tidak mengakui.
Saya prihatin sekali," kata Sulistyo di Jakarta, Rabu (20/2).
Menurutnya, berdasarkan data PGRI, kekurangan guru SD secara nasional
mencapai 500 ribu orang. Atau dari 6 kelas di SD, hanya diisi oleh 4 orang
guru. "Jadi kekurangannya seperempat dari kebutuhan guru. Kurangnya
rata-rata dua orang guru setiap sekolah SD di seluruh Kabupaten/kota,". Bertolak
belakang dengan PGRI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengklaim tidak ada
kekurangan guru SD secara nasional. Yang ada hanya tidak meratanya
pendistribusian guru. Menanggapi hal ini, Ketua PGRI menyatakan bahwa
persoalannya bukan pada pemerataan distibusi guru, melainkan pada kekeliruan
pemerintah menerapkan rasio penghitungan. "Jadi bukan soal pemerataan,
tapi rasio perhitungan jumlah kelas dibanding jumlah guru yang digunakan
pemerintah itu keliru," tegas Sulistyo.
PGRI, katanya, tidak menganut rasio Bank Dunia yang dianut oleh Kemdikbud,
yakni jumlah murid dibanding jumlah guru. Karena untuk SD, PGRI
menghitungnya menggunakan rasio jumlah kelas dibanding jumlah guru. Pemerintah
seharusnya memprioritaskan perekrutan guru SD karena guru-guru yang diangkat
tahun 1974/1975 sedang memasuki masa-masa pensiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.